13 Maret 2012

Lentera Padam

telah aku sematkan penuh pasti
lentera penerang diantara langkah gentar
yang kusimpan dibalik keraguan
menyapu sebait kisah tentang harapan

kini lentera perlahan memadam
tersulut hembusan sang bayu

kisah ini indah seminggu
perihnya membuncah sewindu

kau dan kenanganmu
bermain memenuhi ruangan
yang semakin akan kulupakan

11 Maret 2012

Berlalu

bukan aku yang memulai
yang tiada kunjung kau akhiri

lepaskan aku dan lelahku
biarku mencari dan berkelana
karena aku telah berlalu darimu

dengan sedikit kekuatan
menutup kenyataan

Sebaris Kebusukan

keheningan memecah malam
hanya sederet diam berjalan
kau dengan sebaris kebusukan
yang mungkin lama tersimpan
lalu kau campur keyakinan dengan harapan
menjadi mimpi-mimpi indah yang menipu

kau seyakin-yakinnya bercerita
membiarku membodoh
bergelayut dengan manisnya perih

kini senyumku tertahan
melepas segala tentangmu
dan lewat airmata yang terbit ini
kubuang segala harapan
tentangmu hanyalah penyesalan

kecewa

sempat kulihat bianglala dipelupuk lagumu
menjanji sandaran damai untuk bersimpuh
sempat kulihat bianglala dipelupuk lagumu
menjanji sandaran damai untuk bersimpuh

dan jalan ini kulalui penuh liku
senyummu sejenak membayang
memadam keraguan terdalam

tiba-tiba badai bernyanyi
menyingkap rahasia yang tertutup rapi

kemana kan kubawa hati ini
saat jeratmu membunuh
merobohkan singgahsana percayaku
yang kubangun saat kau semat mentari
diantara siang dan malam yang menyaksi

dan jalan ini kulalui penuh liku
senyummu sejenak membayang
memadam keraguan terdalam

tiba-tiba badai bernyanyi
menyingkap rahasia yang tertutup rapi

kemana kan kubawa hati ini



Berlabuh

kau menyita segala penjuru tatapku
bersama keyakinan yang masih kukumpulkan
adakah kau memahami ditiap doa yang kubisikkan
bermandi pengharapan yang teguh

hatiku penuh luka yang telah mengering
berlabuhlah karena hatiku kini kubuka untukmu

06 Maret 2012

Tiada Akhir

Aku bukannya menyerah kalah
Lelahku bahkan tak berujung
Diantara keyakinan yang merajai
Kuletakkan sebaris tanya yang mendesak

Aku bukannya berhenti mengagumi
Sekilas memori yang masih terpatri
Menambatkan tentangmu
Kisah yang tiada ingin kuakhiri

Aku hanya bersimpuh sila
Mencoba mengerti kenyataan
Mengetuk kerelaan
Membiarmu bersama pilihan Tuhan

Benci (2)

Benar bila benci membuncah
Kan kurapatkan jemari pada iman
Menahan dari dosa
Karena kuingin meregang nyawamu
Dibawah belatiku yang bersilauan
Agar kau sadari dengan indah
Hatiku yang lembut berubah
Bak monster yang ketika kau menoreh luka

Benci (1)

Ketika malam meluruhkan kebencian
Memecah kekuatan yang menipis
Mengingatmu bagai menggenggam duri
Yang bergumul lincah dengan luka
Menjejakkan tawa diatas airmata
Yang bersatu dengan darah yang berserak
Memadu menjadi kisah hitam
Yang bersusun dimeja bisu
Sesungguhnya aku telah mati
Jauh sebelum aku mampu berdiri

SAMAR


dibawah guyuran air langit
disisa malam yang mengintip
kujejaki dengan setengah keyakinan
yang masih bertapak, menyudut

ditengah pekatnya tanda tanya
penerimaan akan kenyataan yang menyamar
terpatri menanti jawaban

beribu pertanyaan memotong
antara keyakinan yang meragu
tentang kau dan segalamu

04 Maret 2012

Hadirmu

kau buka buku yang hampir kulipat
dan membacanya perlahan

dari ekor matamu berbisik
memaksaku terpaku

buku ini kuserahkan padamu
isilah dengan keindahan
tentang kamu dan aku..

Hingga Menutup Usia

sebait yang kubawa ini
penuh cahaya yang berbinar
yang sekian lamanya mendiam
meronta menanti jawaban

tanpa sengaja kau turun bak utusan
menawarkan diri untuk berteduh
dibawah rapuhnya kerajaan hatiku

aku berhenti disini
dipersinggahan terakhirku
bersamamu hingga menutup usia